Jumat, 22 November 2013

YOGA CHANDRA NAMASKARA DAN MANFAATNYA UNTUK KESEHATAN



MANFAAT CHANDRA NAMASKARA UNTUK KESEHATAN
Chandra Namaskara adalah yoga asana yang didedikasikan pada Tuhan yang mengatur peredaran bulan.  Diyakini keberadaan bulan tidak hanya sebagai penerang di malam hari, akan tetapi bulan juga memancarkan energi suci ketuhanan yang mempengaruhi kehidupan di bumi.  Bulan memberikan energi sejuk, kecantikan,  ketampanan dan ketenangan.
Yoga Chandra / Chandra Namaskara dilakukan dengan menggerakkan badan , hati, dan jiwa secara perlahan dan penuh kesadaran, gerakan lembut dengan nafas harus menuju jiwa , dengan kesadaran emosi diarahkan  menjadi rasa sembah bhakti secara total kehadapan Tuhan dalam manifestasi sebagai penguasa bulan (Chandra).
Melaksanakan yoga chandra namaskara secara rutin dan teratur di malam hari dipercaya sangat baik bagi kesehatan.
Berikut beberapa manfaat yang diperoleh dengan berlatih Yoga Chandra Namaskara:
1.        Membuka  saluran energi lunar  pada tubuh serta menginduksi sifat relaksasi & artistik.
2.        Memperbaiki sistem Tulang belakang  dan meregangkan  tulang belakang, pinggul, pergelangan kaki, sebagian panggul, lutut dan otot perut.
3.        Membuka chakra Muladara  sehingga mengoptimalkan sistem penyerapan energi negatif oleh bumi.
4.        Melepaskan racun dan meningkatkan sirkulasi darah. Selain itu, asananya akan memaksimalkan asupan oksigen dan memperlancar  aliran darah tubuh.
5.        Mempertahankan stamina dan kesehatan tubuh, mental .
6.        Membantu  tubuh serta pikiran untuk lebih  berpusat  atau fokus pada bathin kita .
7.        Memperbaiki kerja  saraf, peredaran darah, kekebalan tubuh, pencernaan, pernapasan, endokrin, dan sistem otot dan tulang.
8.        Menciptakan efek pendinginan di seluruh tubuh.
9.        Menyembuhkan gangguan tidur (insomnia), dan menghilangkan stres

Sabtu, 09 November 2013

ILMU KATAK 2 : KATAK MELAWAN KUDA

KATAK MELAWAN KUDA


Konon di zaman keemasan kerajaan Medang Kemulan, ada seorang Guru Suci yang terkenal sakti mandraguna dan sangat bijaksana serta penuh welas asih, beliau telah mendapatkan pencerahan sempurna dari Sang Pencipta.  Beliau tinggal di sebuah ashram atau padepokan di kaki gunung yang dikelilingi pepohonan dan taman bunga yang tampak asri dan indah.  (Baca juga Ilmu Katak )

Pagi itu Sang Guru duduk di tepi kolam teratai, tubuhnya tampak memancarkan aura cemerlang yang hangat sehangat sinar pagi sang surya.  Di hadapannya tampak murid-muridnya duduk dengan rapi mendengarkan petuah darinya. 
“ Dengarkan baik-baik anak-anakku… ” Sang Guru memulai pembicaraan.
“ Hari ini aku akan menceritakan satu kisah lagi…
Sebuah kisah menarik yang akan menjadi pelajaran sangat berharga bagi kalian.  Maka dari itu dengar dan simaklah kisah ini dengan seksama. “

“ Lima belas tahun yang lalu aku mempunyai dua orang murid, namanya Arya dan Wijaya.  Mereka sangat pandai dan berbudi mulia.  Semua ilmu yang kuturunkan mampu mereka kuasai dengan baik sehingga keduanya memiliki kemampuan yang seimbang.  Hingga suatu hari Raja dan putrinya datang mengunjungiku di padepokan.  Paras putri raja yang sangat cantik membuat kedua muridku itu tak berdaya menahan panah-panah asmara, mereka jatuh cinta pada putri yang sama.  Sementara sang putri juga tak mampu menolak pesona kedua muridku itu.  Akhirnya Arya dan Wijaya pun memberanikan diri untuk meminang sang putri.  Tentu saja sang putri sangat bingung untuk memilih antara Arya atau Wijaya.  Setelah merenung dan berpikir, akhirnya sang putri membuat keputusan,
 “ Wahai kakanda berdua aku akan mengadakan sayembara adu cepat antara kakanda berdua, jarak yang ditempuh adalah dari padepokan ini sampai ke tepi telaga, siapa pun diantara kakanda yang mampu sampai di tepi telaga lebih dahulu, dialah yang kupilih menjadi suamiku.  Sayembara akan kuadakan saat purnama nanti….”.  Demikian sang putri  membuat keputusan untuk mengadakan sayembara.

Mendengar keputusan sang putri, Arya dan Wijaya pun menyanggupi, kemudian mereka bersama-sama menghadapku.  
“ Salam Guru..” sapa mereka berdua
“ Salam anak-anakku…ada apa gerangan kalian menemuiku. “
“ Maafkan kami Guru…sudah mengganggu istirahat Guru….sesungguhnya kami sudah membuat kesalahan karena jatuh cinta pada wanita yang sama…akan tetapi Guru..apalah daya kami untuk melawan panah-panah asmara ini..” ujar Arya
“  Oleh karena itu kami sepakat untuk menemui sang putri dan memintanya memilih salah satu diantara kami..” tambah Wijaya.
“ Anak-anakku…tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, sebab cinta itu sungguh suci, hanya saja ego manusialah yang mengotorinya, janganlah hendaknya hal ini membuat perpecahan diantara kalian..”
“ Ya Guru…untuk itulah kami telah sepakat untuk menyanggupi sayembara yang akan diadakan sang putri yaitu adu cepat dari padepokan menuju tepi telaga..” kata Arya.
“ dan siapa pun diantara kami berdua yang sampai lebih dahulu ke telaga maka dia lah yang akan mendapatkan cinta sang putri. “ ujar Wijaya 
“ Kalau begitu lakukanlah sayembara itu dengan segenap kemampuan kalian tanpa ada kecurangan “ jawabku
“ Akan tetapi Guru, bagaimana mungkin diantara kami bisa memenangkan sayembara ini, sedangkan kemampuan kami sungguh seimbang, semua yang saya pelajari dari Guru juga dipelajari oleh Wijaya, demikian pula sebaliknya, ilmu yang kami miliki benar-benar sama “ ujar Arya
“  Hmm…itu benar, jadi apa yang kalian inginkan dariku..” jawabku
“ Berikanlah restumu agar salah satu dari kami bisa memenangkan sayembara, Guru..” sahut Arya
“ Ahh…bagaimana mungkin aku merestui salah satu dari kalian dan tidak merestui yang lainnya, sedangkan kalian berdua sama-sama murid terkasihku…itu akan menjadi sangat tidak adil..”
“ Kalau begitu, bisakah Guru memberikan kami masing-masing satu buah ilmu kesaktian yang berbeda yang mampu membuat kami bisa bergerak dengan cepat...Guru...” usul Wijaya
“ Baiklah anak-anakku...aku mempunyai dua ilmu seperti apa yang kalian minta, masing-masing dari kalian boleh memilih salah satu untuk menjadi bekal kalian dalam melakoni sayembara.... yang pertama adalah ILMU KUDA....ilmu ini bisa membuat pemiliknya mampu berlari secepat kuda, kecepatan larinya bisa mencapai 76 kilometer perjam,....sedangkan yang kedua adalah ILMU KATAK...dengan ilmu ini setiap kali kalian melompat maka kalian akan mencapai setengah jarak dari tempatmu melakukan lompatan menuju tempat yang ingin dituju, sejauh apapun jarak yang ingin dituju, satu lompatan hanya memakan waktu tidak lebih dari dua detik.....

Nah anak-anakku itulah ilmu yang akan kuturunkan, silakan memilih salah satu, pikirkan baik-baik sebelum memilih.  Siapa yang akan memilih lebih dulu...”
“  Saya akan memilih lebih dulu Guru..” Arya dengan cepat menjawab
“  Baiklah, yang mana yang akan kamu pilih anakku.. “ sahutku
“  Saya memilih ilmu kuda,  Guru...” jawabnya
“  Kenapa kamu tidak memilih ilmu katak, jelaskan padaku...” tanyaku
“  Karena saya tidak mau mengulang kebodohan Sang Katak Pertapa seperti yang pernah Guru ceritakan pada kami, dimana setelah mendapatkan ilmu itu dari Dewa, sang Katak Pertapa seumur hidupnya melompati telaga namun tak pernah sampai ke tepi telaga..” jawab Arya. (red: baca artikel ILMU KATAK).
“  Baiklah..., lalu bagaimana denganmu anakku Wijaya, karena Arya sudah memilih ilmu kuda, apakah kamu bersedia menerima ilmu katak dariku...” tanyaku pada Wijaya
“  Wahai Guru...apapun yang engkau berikan padaku akan saya terima dengan senang hati...” jawab Wijaya begitu tenang.
“  Kalau begitu...baiklah akan kuturunkan ilmu kuda padamu Arya dan ilmu katak pada Wijaya...namun pesan Guru, pergunakanlah ilmu ini dengan bijaksana karena kehebatan sebuah ilmu sungguh tergantung pada bagaimana kalian menggunakannya.
“  Baik Guru...” jawab mereka

Demikianlah, malam itu kuturunkan ilmu kuda pada Arya dan ilmu katak pada Wijaya.
Dan pada hari punama yang telah ditentukan oleh sang putri, sayembara itu pun dilaksanakan, adu cepat dimulai dari halaman Padepokan kita ini dengan garis finishnya adalah di tepi telaga yang berjarak kurang lebih satu kilometer.

Nah murid-muridku, itulah kisah lima belas tahun yang lalu, bagaimana aku telah menurunkan dua buah ilmu yang sangat langka, yaitu ilmu kuda dan ilmu katak, menurut kalian siapakah yang memenangkan sayembara dan mendapatkan sang putri ... ” Sang Guru mengakhiri ceritanya
“ Arya...Guru..” jawab murid-murid kompak
“ Mengapa kalian begitu yakin kalau Arya yang menang..” tanya Sang Guru
“ Karena Wijaya tidak akan pernah sampai ke tepi telaga...sama seperti cerita Si Katak Pertapa yang tak pernah sampai ke seberang telaga, karena dia hanya mampu melompat sejauh setengah dari jarak yang ingin dituju....sedangkan Arya dengan ilmu kudanya bisa sampai ke tepi telaga hanya dalam 48 detik saja....bukankah demikian Guru..” jawab seorang murid.
“ Tidak anak-anakku...bukan Arya yang memenangkan sayembara, tapi Wijaya yang menang..” ujar Sang Guru.   Murid-muridnya tampak bingung, tak mengerti mengapa Gurunya mengatakan kalau Wijaya yang menang.
“ Guru...bagaimana mungkin Wijaya menang, bukankah cerita Guru sebelumnya tentang ilmu katak sangat jelas bahwa karena kebodohannya sang Katak Pertapa itu tidak pernah sampai ke seberang telaga yang ingin ditujunya, bukankah dengan ilmu yang sama mestinya Wijaya juga tidak pernah mampu melompat hingga sampai ke tepi telaga...” tanya para murid

“ Itulah kesalahan kalian....baiklah akan kujelaskan...benar bahwa Wijaya menggunakan ilmu yang sama dengan Sang Katak Pertapa, tapi bukankah sudah kukatakan bahwa kehebatan sebuah ilmu tergantung pada bagaimana kalian menggunakannya, maka gunakanlah ilmu itu dengan bijaksana, ...benar bahwa Sang Katak Pertapa tidak pernah sampai ke seberang telaga karena dia hanya terus melompat dan melompat tiada henti.  Tetapi kita manusia bukanlah katak, inilah yang membedakan hasil akhirnya, Wijaya dengan senang hati menerima ilmu Katak yang kuturunkan karena dia memiliki kecerdasan, akal budi dan kebijaksanaan.  Wijaya sadar betul, sebagai manusia dia tidak sama dengan katak yang hanya bisa melompat.  Maka pada saat sayembara itu, saat Arya menggunakan ilmu kuda dan berlari dengan kecepatan 76 kilometer per jam, Wijaya pun menggunakan ilmu kataknya.  Dalam sekali lompatan Wijaya berhasil menempuh jarak 500 meter, ...dengan lompatan kedua jarak yang tersisa tinggal 250 meter, ...lompatan ketiga tersisa jarak 125 meter, ...lompatan keempat tersisa jarak 62,5 meter,  ...lompatan kelima tersisa jarak 31,3 meter, ...lompatan keenam tersisa jarak 15,6 meter, ...lompatan ketujuh tersisa jarak 7,8 meter, ...lompatan kedelapan tersisa jarak 3,9 meter, ...lompatan kesembilan tersisa jarak tak lebih dari 2 meter,...nah dengan sisa jarak tinggal 2 meter menurut kalian apakah Wijaya akan melakukan lompatan saktinya lagi....., tidak murid-muridku..., Wijaya tidak mengulangi kesalahan Sang Katak Pertapa dengan terus-menerus melompat, dia tahu betul jika dia terus melompat maka dia tidak akan pernah sampai ke garis finish, karena itu untuk menyelesaikan jarak 2 meter yang tersisa itu Wijaya tidak menggunakan ilmu kataknya dia cukup hanya berjalan kaki saja selama 2 detik.  Maka dengan setiap lompatan memakan waktu 2 detik, Wijaya sampai ke tepi telaga hanya dengan sembilan lompatan dan diakhiri dengan jalan kaki, waktu yang dibutuhkannya tak lebih dari 20 detik,  sementara Arya dengan ilmu kudanya sampai di tepi telaga dalam waktu 48 detik.

Demikianlah anak-anakku, kisah hari ini hendaknya kalian jadikan pelajaran berharga untuk menjalani hidup, setiap peristiwa harus dimaknai sebagai rangkaian proses kehidupan menuju tataran yang lebih tinggi.....apa pun yang kalian miliki pergunakanlah dengan bijaksana.. dan....JADILAH LEBIH BAIK

Kamis, 17 Oktober 2013

Video lucu Guru Cilacap




Video ini hasil karya anak bangsa yang cukup menghibur, mengisahkan tentang seorang guru yang sedang mengajar dikelas.  Hanya ada 2 orang murid yang masuk yaitu Karto tuying dan temannya.  Logat tegal yang digunakan memberikan nuansa lucu yang menggelitik....sangat menghibur.

Rabu, 16 Oktober 2013

ILMU KATAK


ILMU KATAK

Konon di zaman keemasan kerajaan Medang Kemulan, ada seorang Guru Suci yang terkenal sakti mandraguna dan sangat bijaksana serta penuh welas asih, beliau telah mendapatkan pencerahan sempurna dari Sang Pencipta.  Beliau memiliki sebuah ashram (padepokan) di kaki gunung yang dikelilingi pepohonan dan taman bunga yang tampak asri dan indah.  Ada sebuah kolam di depan ashram dengan air yang begitu bening sehingga terlihat jelas ikan-ikan yang berenang kian kemari bermain diantara bunga-bunga teratai warna-warni, beberapa ekor katak tampak asyik bercengkerama diatas daun teratai sambil memperdengarkan suara yang saling bersahutan seolah berlomba nyanyian siapa yang paling merdu.  Burung-burung pun tak mau kalah mengeluarkan kicauannya di atas pepohonan.  Semua begitu indah, damai dan menyenangkan.




Sang Guru memiliki banyak murid/sisya yang datang dari berbagai daerah di wilayah Kerajaan Medang Kemulan, bahkan dari kerajaan-kerajaan tetangga.  Bahkan konon Sang Prabhu sendiri pernah menjadi Sisya dari Sang Guru Suci ini.

Suatu hari Sang Guru bercerita pada para Sisya…..
  Anak-anakku dengarkanlah kisah ini baik-baik, ada banyak pembelajaran di sana. ” sang Guru memulai kisahnya.
Pada suatu waktu ada seekor katak yang hidup di sebuah danau.  Dia hidup bahagia sampai ketika suatu saat dia merasa bosan dengan kehidupan yang ada di sekitarnya.  Keesokan paginya dia duduk di atas daun teratai dan memandang jauh ke seberang danau, dan entah kenapa dia begitu penasaran saat melihat matahari muncul dari ujung danau itu.  “ Ahh..pasti tempat di ujung sana itu sangat indah…ingin sekali rasanya aku ke sana.  Tapi tempat itu begitu jauhnya…, bagaimana mungkin aku bisa ke sana.  Aku hanyalah seekor katak yang hanya bisa melompat-lompat, tentu butuh bertahun-tahun untuk sampai ke sana “.  Tiba-tiba katak itu merasa bahwa para Dewa sudah berlaku tidak adil padanya.  Ya…mengapa burung-burung bisa terbang sementara dirinya hanya bisa melompat saja.  Maka sang katak pun memutuskan untuk bertapa memohon belas kasih para Dewa.  Karena keteguhannya, akhirnya para Dewa pun menemuinya…
  Wahai katak…ada apa gerangan sampai engkau bertapa demikian beratnya? “
“ Ampun wahai Dewa, hamba merasa Engkau sudah tidak adil terhadap hamba, mengapa burung Engkau buat bisa terbang secepat angin sementara hamba hanya bisa melompat-lompat tak karuan. “ ujar sang katak.
“ Lalu apa yang kau inginkan wahai katak..” sabda Sang Dewa
  Buatlah agar hamba bisa terbang seperti burung wahai Dewa yang Agung..”  pinta sang katak
  Wahai katak…adalah kodratmu untuk melompat dan kodrat burung untuk terbang, itu adalah hukum alam, jika aku meluluskan permintaanmu maka hukum alam akan kacau, dan dunia akan berguncang.  Mintalah padaku hal lain yang tidak menyalahi hukum alam..” sabda Sang Dewa.
Sang katak berpikir sejenak….” apa yang harus kuminta agar aku bisa dengan mudah menyeberangi danau ini….ah..kalau tidak boleh terbang maka aku akan meminta agar aku bisa menyeberangi danau ini dalam sekali lompatan….tapi jika hanya dengan sekali lompat saja aku sudah sampai sepertinya tidak akan mengasyikan….”…pikir sang katak.
“ Mintalah wahai katak ..tentu akan kukabulkan..” Sang Dewa mengulangi sabdanya.
  Baiklah wahai Dewa, agar tidak menyalahi hukum alam maka hamba meminta agar hamba diberikan kemampuan agar setiap kali melompat hamba bisa melompat sejauh setengah dari jarak antara tempat hamba berada ke tempat yang hamba tuju. “
  Baiklah wahai katak..kululuskan permintaanmu..” sabda Sang Dewa, lalu tiba-tiba Sang Dewa mengangkat tangannya kanannya dan tiba-tiba secara ajaib dari telapak tangannya keluar cahaya terang memancar mengenai tubuh sang katak.
  Permintaanmu sudah kupenuhi…gunakanlah kemampuanmu dengan bijak..” sabda Sang Dewa
  Terima kasih wahai Dewa… ”  ujar sang katak.
Setelah itu Sang Dewa pun menghilang dari pandangan sang katak.

Sang katak sangat bergembira sekali dengan kemampuannya yang baru ini, bukan hanya dia bisa menyeberangi danau dengan cepat dan mudah, bahkan burung-burung pun tak akan mampu mengalahkannya.  Kesombongan pun mulai menyeruak di kalbunya.   
Esok harinya sang katak hendak mencoba kemampuan barunya..dengan mantap dia berdiri di tepi danau…dia menghirup udara segar dalam-dalam…menguatkan pijakan kakinya…dan…sekali hentak dia melompat ke udara….dan dalam sekejap dia telah sampai persis di tengah-tengah danau.   Ahh..senang sekali rasanya…sang katak berpikir …dengan sekali lompat lagi dia akan sampai di seberang danau yang dia impikan itu.  Dan dengan sangat bahagia dia kembali melompat dengan mantap….namun begitu mendarat dia sangat kecewa……sang katak menemukan kenyataan bahwa dirinya belum sampai ditujuannya, yaitu seberang danau yang indah….dia hanya melompat sejauh setengah jarak dari tengah danau tadi.  Dengan galau dia pun melompat lagi… dan lagi-lagi dia hanya melompat sejauh setengahnya….dan seterusnya dia melompat terus tapi dia tidak pernah menginjakkan kakinya ke tepi danau karena dia hanya bisa melompat sejauh setengah dari jarak yang dia tuju. “

Sampai di situ Sang Guru menghentikan ceritanya…
“ Nah anak-anakku itulah kisah yang kuceritakan hari ini….dari kisah ini kalian harus bisa mendapatkan sesuatu yang berharga.  Mungkin yang kalian dapat dari kisah ini berbeda-beda satu dengan yang lainnya, tapi itu tak mengapa, karena apapun yang kalian pelajari itu adalah bagian dari sebuah proses panjang yang akan membentuk kalian menjadi apapun yang kalian impikan, tak masalah kelak kalian akan menjadi apa…yang penting adalah.........JADILAH LEBIH BAIK.


DEWANDARU POHON ANUGERAH PARA DEWA


DEWANDARU POHON ANUGERAH PARA DEWA

Tumbuhan dewandaru dapat ditemukan di berbagai belahan dunia seperti di daerah Suriname, Brazil, Argentina, China, India. Di Indonesia, tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan yang sangat langka, namun sangat terkenal sebagai ikon Gunung Kawi dan Karimunjawa.  Pohon ini dianggap memiliki kekuatan magis yang melegenda.   Terutama pada masyarakat jawa, kayu Dewandaru dikenal sebagai kayu sakti dan bertuah. Karenanya, kayu dewandaru kerap kali dimanfaatkan untuk membuat aksesoris supranatural seperti tasbih, gelang, akik (batu cincin), tongkat, keris dan kalung.

Nama Lokal :
Dewandaru dikenal juga sebagai asem selong, belimbing londo, ceremai londo, atau ceremai asam (Indonesia), Surinam Cherry, Brazilian Cherry, Cayenne Cherry (Inggris).

Nama Ilmiah:
Eugenia uniflora L.,  sinonim diantaranya Eugenia michelii Lam., Eugenia oblongifolia, Eugenia zeylanica Willd.
Kerajaan: Plantae. Divisi: Spermatophyta. Subdivisi: Angiospermae. Famili: Myrtaceae. Genus: Eugenia.



Dewandaru merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi bisa mencapai 5 meter dan hidup menahun. Batang pohon dewandaru tegak, berkayu, berbentuk bulat dengan kulit kayu berwarna coklat.  Daun dewandaru merupakan daun tunggal, berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal yang meruncing. Daun berukuran sekitar 5 sentimeter dengan tepi daun yang rata dan pertulangan menyirip. Bunga tunggal dengan daun pelindung kecil berwarna hijau, mahkota bunga berwarna kuning sedangkan benang sari dan putik berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat (buni) dengan diameter sekitar 1,5 cm, saat mentah berwarna hijau, ketika masak berwarna merah. Bijinya kecil, keras, berwarna coklat.



Kandungan Kimia :
Buah dewandaru selain mengandung air juga mengandung protein, karbohidrat, dan vitamin C.  Kulit kayunya mengandung tanin. Sedangkan daunnya banyak mengandung minyak atsiri, saponin, dan flavonoid dan tanin.  Flavonoid dari ekstrak daun berupa myricetrin, myrcitrin, gallocatechin, quercetin, dan quercitrin.   Senyawa tannin berupa gallocatechin, oenothein, dan eugeniflorins .

Kegunaan dan Manfaat Supranatural :
1.   Kayu dewandaru  dipercaya sebagai kayu sakti dan bertuah.
2.   Aroma kayu dewandaru sebagai sarana pencapaian kesempurnaan dalam ilmu kanuragan.
3.  Dipercaya memiliki khasiat sebagai pengasihan, menambah kharisma, dan pengusir   
      gangguan gaib.
4.  Dipercaya membawa keberuntungan
5.  Di Gunung Kawi dipercaya barang siapa yang melakukan ritual di bawah pohon Dewandaru  dianggap berhasil jika kejatuhan daun dewandaru.

Manfaat Kesehatan:
Dengan berbagai kandungan yang dimilikinya, dewandaru dapat dimanfaatkan sebagai :
1.   Daun dewandaru untuk peningkat kualitas astringent, mengurangi tekanan darah tinggi, penurun kolestrol, penurun metabolisme lipid, antioksidan, obat mencret (antidiare), anti inflamasi, antirematik, diuretic, antifebrile, dan antidiabetik, menghambat peningkatan level trigliserida dan glukosa plasma, menurunkan kolesterol, antikanker.
2.         Buah Dewandaru untuk antioksidan, antibakteri, antikanker, antidiabetik, antidiare