KATAK MELAWAN KUDA
Konon di zaman keemasan kerajaan Medang Kemulan, ada
seorang Guru Suci yang terkenal sakti mandraguna dan sangat bijaksana serta
penuh welas asih, beliau telah mendapatkan pencerahan sempurna dari Sang
Pencipta. Beliau tinggal di sebuah
ashram atau padepokan di kaki gunung yang dikelilingi pepohonan dan taman bunga
yang tampak asri dan indah. (Baca juga
Ilmu Katak )
Pagi itu Sang Guru duduk di tepi kolam teratai, tubuhnya
tampak memancarkan aura cemerlang yang hangat sehangat sinar pagi sang
surya. Di hadapannya tampak
murid-muridnya duduk dengan rapi mendengarkan petuah darinya.
“ Dengarkan baik-baik anak-anakku… ” Sang Guru
memulai pembicaraan.
“ Hari ini aku akan menceritakan satu kisah lagi…
Sebuah kisah menarik yang akan menjadi pelajaran
sangat berharga bagi kalian. Maka dari
itu dengar dan simaklah kisah ini dengan seksama. “
“ Lima belas tahun yang lalu aku mempunyai dua orang
murid, namanya Arya dan Wijaya. Mereka
sangat pandai dan berbudi mulia. Semua
ilmu yang kuturunkan mampu mereka kuasai dengan baik sehingga keduanya memiliki
kemampuan yang seimbang. Hingga suatu
hari Raja dan putrinya datang mengunjungiku di padepokan. Paras putri raja yang sangat cantik membuat
kedua muridku itu tak berdaya menahan panah-panah asmara, mereka jatuh cinta
pada putri yang sama. Sementara sang putri
juga tak mampu menolak pesona kedua muridku itu. Akhirnya Arya dan Wijaya pun memberanikan
diri untuk meminang sang putri. Tentu
saja sang putri sangat bingung untuk memilih antara Arya atau Wijaya. Setelah merenung dan berpikir, akhirnya sang
putri membuat keputusan,
“ Wahai
kakanda berdua aku akan mengadakan sayembara adu cepat antara kakanda berdua,
jarak yang ditempuh adalah dari padepokan ini sampai ke tepi telaga, siapa pun
diantara kakanda yang mampu sampai di tepi telaga lebih dahulu, dialah yang
kupilih menjadi suamiku. Sayembara akan
kuadakan saat purnama nanti….”. Demikian
sang putri membuat keputusan untuk
mengadakan sayembara.
Mendengar
keputusan sang putri, Arya dan Wijaya pun menyanggupi, kemudian mereka
bersama-sama menghadapku.
“ Salam Guru..” sapa mereka berdua
“ Salam anak-anakku…ada apa gerangan kalian
menemuiku. “
“ Maafkan kami Guru…sudah mengganggu istirahat
Guru….sesungguhnya kami sudah membuat kesalahan karena jatuh cinta pada wanita
yang sama…akan tetapi Guru..apalah daya kami untuk melawan panah-panah asmara
ini..” ujar Arya
“ Oleh karena
itu kami sepakat untuk menemui sang putri dan memintanya memilih salah satu
diantara kami..” tambah Wijaya.
“ Anak-anakku…tidak ada yang salah dengan jatuh
cinta, sebab cinta itu sungguh suci, hanya saja ego manusialah yang
mengotorinya, janganlah hendaknya hal ini membuat perpecahan diantara kalian..”
“ Ya Guru…untuk itulah kami telah sepakat untuk
menyanggupi sayembara yang akan diadakan sang putri yaitu adu cepat dari
padepokan menuju tepi telaga..” kata Arya.
“ dan siapa pun diantara kami berdua yang sampai
lebih dahulu ke telaga maka dia lah yang akan mendapatkan cinta sang putri. “
ujar Wijaya
“ Kalau begitu lakukanlah sayembara itu dengan
segenap kemampuan kalian tanpa ada kecurangan “ jawabku
“ Akan tetapi Guru, bagaimana mungkin diantara kami
bisa memenangkan sayembara ini, sedangkan kemampuan kami sungguh seimbang,
semua yang saya pelajari dari Guru juga dipelajari oleh Wijaya, demikian pula
sebaliknya, ilmu yang kami miliki benar-benar sama “ ujar Arya
“ Hmm…itu
benar, jadi apa yang kalian inginkan dariku..” jawabku
“ Berikanlah restumu agar salah satu dari kami bisa
memenangkan sayembara, Guru..” sahut Arya
“ Ahh…bagaimana mungkin aku merestui salah satu dari
kalian dan tidak merestui yang lainnya, sedangkan kalian berdua sama-sama murid
terkasihku…itu akan menjadi sangat tidak adil..”
“ Kalau begitu, bisakah Guru memberikan kami
masing-masing satu buah ilmu kesaktian yang berbeda yang mampu membuat kami
bisa bergerak dengan cepat...Guru...” usul Wijaya
“ Baiklah anak-anakku...aku mempunyai dua ilmu
seperti apa yang kalian minta, masing-masing dari kalian boleh memilih salah
satu untuk menjadi bekal kalian dalam melakoni sayembara.... yang pertama
adalah ILMU KUDA....ilmu ini bisa membuat pemiliknya mampu berlari secepat kuda,
kecepatan larinya bisa mencapai 76 kilometer perjam,....sedangkan yang kedua
adalah
ILMU KATAK...dengan ilmu ini setiap kali kalian melompat maka kalian
akan mencapai setengah jarak dari tempatmu melakukan lompatan menuju tempat
yang ingin dituju, sejauh apapun jarak yang ingin dituju, satu lompatan hanya
memakan waktu tidak lebih dari dua detik.....
Nah anak-anakku itulah ilmu yang akan kuturunkan,
silakan memilih salah satu, pikirkan baik-baik sebelum memilih. Siapa yang akan memilih lebih dulu...”
“ Saya akan
memilih lebih dulu Guru..” Arya dengan cepat menjawab
“ Baiklah,
yang mana yang akan kamu pilih anakku.. “ sahutku
“ Saya memilih
ilmu kuda, Guru...” jawabnya
“ Kenapa kamu
tidak memilih ilmu katak, jelaskan padaku...” tanyaku
“ Karena saya
tidak mau mengulang kebodohan Sang Katak Pertapa seperti yang pernah Guru
ceritakan pada kami, dimana setelah mendapatkan ilmu itu dari Dewa, sang Katak
Pertapa seumur hidupnya melompati telaga namun tak pernah sampai ke tepi telaga..”
jawab Arya. (
red: baca artikel ILMU KATAK).
“ Baiklah...,
lalu bagaimana denganmu anakku Wijaya, karena Arya sudah memilih ilmu kuda,
apakah kamu bersedia menerima ilmu katak dariku...” tanyaku pada Wijaya
“ Wahai
Guru...apapun yang engkau berikan padaku akan saya terima dengan senang
hati...” jawab Wijaya begitu tenang.
“ Kalau
begitu...baiklah akan kuturunkan ilmu kuda padamu Arya dan ilmu katak pada
Wijaya...namun pesan Guru, pergunakanlah ilmu ini dengan bijaksana karena
kehebatan sebuah ilmu sungguh tergantung pada bagaimana kalian menggunakannya.
“ Baik
Guru...” jawab mereka
Demikianlah, malam itu kuturunkan ilmu kuda pada Arya
dan ilmu katak pada Wijaya.
Dan pada hari punama yang telah ditentukan oleh sang
putri, sayembara itu pun dilaksanakan, adu cepat dimulai dari halaman Padepokan
kita ini dengan garis finishnya adalah di tepi telaga yang berjarak kurang
lebih satu kilometer.
Nah murid-muridku, itulah kisah lima belas tahun yang
lalu, bagaimana aku telah menurunkan dua buah ilmu yang sangat langka, yaitu
ilmu kuda dan ilmu katak, menurut kalian siapakah yang memenangkan sayembara
dan mendapatkan sang putri ... ” Sang Guru mengakhiri ceritanya
“ Arya...Guru..” jawab murid-murid kompak
“ Mengapa kalian begitu yakin kalau Arya yang
menang..” tanya Sang Guru
“ Karena Wijaya tidak akan pernah sampai ke tepi
telaga...sama seperti cerita Si Katak Pertapa yang tak pernah sampai ke
seberang telaga, karena dia hanya mampu melompat sejauh setengah dari jarak
yang ingin dituju....sedangkan Arya dengan ilmu kudanya bisa sampai ke tepi
telaga hanya dalam 48 detik saja....bukankah demikian Guru..” jawab seorang
murid.
“ Tidak anak-anakku...bukan Arya yang memenangkan
sayembara, tapi Wijaya yang menang..” ujar Sang Guru. Murid-muridnya tampak bingung, tak mengerti
mengapa Gurunya mengatakan kalau Wijaya yang menang.
“ Guru...bagaimana mungkin Wijaya menang, bukankah
cerita Guru sebelumnya tentang
ilmu katak sangat jelas bahwa karena
kebodohannya sang Katak Pertapa itu tidak pernah sampai ke seberang telaga yang
ingin ditujunya, bukankah dengan ilmu yang sama mestinya Wijaya juga tidak
pernah mampu melompat hingga sampai ke tepi telaga...” tanya para murid
“ Itulah kesalahan kalian....baiklah akan
kujelaskan...benar bahwa Wijaya menggunakan ilmu yang sama dengan Sang Katak
Pertapa, tapi bukankah sudah kukatakan bahwa kehebatan sebuah ilmu tergantung
pada bagaimana kalian menggunakannya, maka gunakanlah ilmu itu dengan
bijaksana, ...benar bahwa Sang Katak Pertapa tidak pernah sampai ke seberang
telaga karena dia hanya terus melompat dan melompat tiada henti. Tetapi kita manusia bukanlah katak, inilah
yang membedakan hasil akhirnya, Wijaya dengan senang hati menerima ilmu Katak
yang kuturunkan karena dia memiliki kecerdasan, akal budi dan
kebijaksanaan. Wijaya sadar betul,
sebagai manusia dia tidak sama dengan katak yang hanya bisa melompat. Maka pada saat sayembara itu, saat Arya
menggunakan ilmu kuda dan berlari dengan kecepatan 76 kilometer per jam, Wijaya
pun menggunakan ilmu kataknya. Dalam
sekali lompatan Wijaya berhasil menempuh jarak 500 meter, ...dengan lompatan
kedua jarak yang tersisa tinggal 250 meter, ...lompatan ketiga tersisa jarak
125 meter, ...lompatan keempat tersisa jarak 62,5 meter, ...lompatan kelima tersisa jarak 31,3 meter, ...lompatan
keenam tersisa jarak 15,6 meter, ...lompatan ketujuh tersisa jarak 7,8 meter,
...lompatan kedelapan tersisa jarak 3,9 meter, ...lompatan kesembilan tersisa
jarak tak lebih dari 2 meter,...nah dengan sisa jarak tinggal 2 meter menurut
kalian apakah Wijaya akan melakukan lompatan saktinya lagi....., tidak
murid-muridku..., Wijaya tidak mengulangi kesalahan Sang Katak Pertapa dengan
terus-menerus melompat, dia tahu betul jika dia terus melompat maka dia tidak
akan pernah sampai ke garis finish, karena itu untuk menyelesaikan jarak 2
meter yang tersisa itu Wijaya tidak menggunakan ilmu kataknya dia cukup hanya
berjalan kaki saja selama 2 detik. Maka
dengan setiap lompatan memakan waktu 2 detik, Wijaya sampai ke tepi telaga
hanya dengan sembilan lompatan dan diakhiri dengan jalan kaki, waktu yang
dibutuhkannya tak lebih dari 20 detik,
sementara Arya dengan ilmu kudanya sampai di tepi telaga dalam waktu 48
detik.
Demikianlah anak-anakku, kisah hari ini hendaknya
kalian jadikan pelajaran berharga untuk menjalani hidup, setiap peristiwa harus
dimaknai sebagai rangkaian proses kehidupan menuju tataran yang lebih
tinggi.....apa pun yang kalian miliki pergunakanlah dengan bijaksana.. dan....JADILAH LEBIH
BAIK